BAB I
PENDAHULUAN
Dalam evaluasi ada dua teknik yang sangat mendasar yang dijadikan sebagai
acuan dalam sebuah evaluasi hasil belajar. Kedua teknik tersebut ialah teknik
tes dan teknik nontes.
Teknik tes dalam evaluasi dapat berupa ujian lisan, tes tindakan dan ujian
secara tertulis. Sementara teknik nontes dapat berupa observasi, wawanvara,
angket, dan analisis dokumen.
Salah satu dari teknik nontes tadi ialah observasi. Disini pemakalah
mencoba menguraikan seberapa jauh observasi dapat dijadikan sebagai alat
evaluasi, serta segala hal-hal yang terkait dengan observasi.
BAB II
ISI
A. Pengertian Observasi
Secara umum, pengertian observasi adalah cara menghimpun bahan-bahan
keterangan (data) yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan
secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang sedang dijadikan sasaran
pengamatan.{1}
Dalam sumber lain dikatakan bahwa observasi ialah metode atau cara-cara
menganalisis dan mengadakan pencatatan secara sistematis mengenai tingkah laku
dengan melihat atau mengamati individu atau kelompok secara langsung. Cara atau
metode tersebut pada umumnya ditandai oleh pengamatan tentang apa yang
benar-benar dilakukan oleh individu, dan membuat pencatatan-pencatatan secara
objektif mengenai apa yang diamati. Cara dan metode tersebut dapat juga
dilakukan dengan menggunakan teknik dan alat-alat khusus seperti
blangko-blangko, cheklist, atau daftar isian yang telah dipersiapkan
sebelumnya.{2}Dengan demikian, secara garis besar teknik observasi dapat dibagi menjadi dua,
yaitu:
- 1 Observasi yang direncanakan, terkontrol.
- 2. Observasi informal atau tidak direncanakan lebih dahulu.
Pada observasi yang direncanakan, biasanya pengamat menggunakan
blangko-blangko daftar isian yang tersusun, dan di dalamnya telah tercantum
aspek-aspek ataupun gejala-gejala apa saja yang perlu diperhatikan pada waktu
pengamatan itu dilakukan.
Adapun pada observasi informal, pada umumnya pengamat belum atau tidak
mengetahui sebelumnya apa yang sebenarnya harus dicatat dalam pengamatan itu.
Aspek-aspek atau peristiwanya tidak terduga sebelumnya. Misalnya pengamatan
yang dilakukan guru terhadap murid-murid di dalam kelas ketika mereka sedang
mengerjakan suatu mata pelajaran tertentu atau ketika murid-murid sedang
bermain pada jam istirahat.
B. Kedudukan Observasi Di Dalam Evaluasi
Observasi sebagai alat evaluasi banyak digunakan untuk menilai tingkah laku
individu atau proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati, baik dalam
situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan. Observasi dapat mengukur
atau menilai hasil dan proses belajar; misalnya tingkah laku peserta didik pada
waktu guru pendidikan agama menyampaikan pelajaran di kelas. {3}
Observasi merupakan metode langsung terhadap tingkah laku di dalam situasi
sosial; dengan demikian merupakan bantuan yang vital sebagai suatu alat
evaluasi.
Melalui observasi, deskripsi objektif dari individu-individu dalam
hubungannya yang aktual satu sama lain dan hubungan mereka dengan lingkungannya
dapat diperoleh. Dengan mencatat tingkah laku dan ekspresi mereka yang timbul
secara wajar, tanpa dibuat-buat, teknik observasi menjamin proses pengukuran
(evaluasi) itu tanpa merusak atau mengganggu kegiatan-kegiatan normal dari
kelompok atau individu yang diamati. Data yang dikumpulkan melalui obsevasi
mudah diterima dan dapat diolah dengan teknik statistik konvensional.{4}
Jenis-jenis situasi sosial yang dapat diselidiki dengan observasi sangat
luas, mencakup bermacam penelitian mengenai tingkah laku fisik, sosial, dan
emosional, dari mulai TK, SD, SM, sampai kepada pengamatan terhadap tingkah
laku orang dewasa.
Dalam rangka evaluasi hasil belajar, observasi digunakan sebagai teknik evaluasi
untuk menilai kegiatan-kegiatan belajar bersifat keterampilan atau skill.
Misalnya untuk mengadakan penilaian terhadap murid-murid: bagaimana
caramengelas, membubut, menjahit pakaian, mengetik, dan lain sebagainya. Dalam
observasi ini guru menggunakan blangko daftar isian yang di dalamnya telah
tercantum aspek-aspek kegiatan dari keterampilan itu yang harus dinilai, dan
kolom-kolom tempat membubuhkan chek atau skor menurut standar yang telah
ditentukan.{5}
C. Situasi Di Dalam Observasi
Yersild dan Meigs membagi situasi-situasi yang dapat diselidiki melalaui
observasi langsung itu menjadi tiga macam, yaitu:{6}
1.
Situasi bebas,
2.
Situasi yang
dibuat, dan
3.
Situasi
campuran
Pada situasi bebas, klien yang diamati dalam keadaan bebas, tidak
tertanggu, dan tidak mengetahui bahwa Ia atau Mereka sedang diamati. Dengan
observasi terhadap situasi bebas, pengamat dapat memperolah data yang
sewajarnya atau tingkah laku seseorang atau kelompok yang tidak dibuat-buat.
Pada situasi yang dibuat, pengamat telah sengaja membuat atau menambahkan
kondisi-kondisi atau situsi-situasi tertentu, kemudian mengamati bagaimana
reaksi-reaksi yang timbul dengan adanya kondisi atau situasi yang sengaja
dibuat itu. Misalnya dengan memberikan sesuatu yang dapat menimbulkan frustasi.
Observasi yang dilakukan terhadap kegiatan-kegiatan belajar yang bersifat
keterampilan termasuk ke dalam jenis situasi yang dibuat.
Situasi campuran adalah situasi dalam observasi yang merupakan gabungan
dari kedua macam situasi tersebut di atas.
Tujuan-tujuan evaluasi dalam rangka pendidikan pada umumnya untuk menilai
pertumbuhan dan kemajuan murid dalam belajar, bagaimana perkembangan tingkah
laku dan penyesuaian sosialnya, minat dan bakatnya, dan seterusnya.
D. Validitas
Observasi
Di dalam evaluasi validitas merupakan salah satu syarat yang terpenting
bagi suatu alat evaluasi. Suatu teknik evaluasi dikatakan mempunyai validitas
yang tinggi disebut (valid) jika ia dapat mengukur apa yang sebenarnya harus
diukur. Disamping itu, kita harus mengetahui pula bahwa tingkat validitas suatu
alat atau teknik evaluasi sangat bergantung pada tujuan yang akan diukur atau
dinilai. Suatu teknik evaluasi dapat mempunyai validitas yang berbeda-beda jika
dipergunakan untuk mengukur tujuan kegiatan belajar yang berlainan.{7}
Validitas suatu teknik observasi sangat bergantung pada kecakapan,
pengertian, dan sifat-sifat pengamat itu sendiri.
Maka untuk menjaga tetap adanya validitas observasi yang dilakukan, guru
hendaknya memperhatikan ketentuan-ketentuan berikut:
1.
Pencatatan di
dalam observasi harus dilakukan segera dan secepat mungkin, jangan dibiarkan
peristiwanya terlalu lama sehingga, dengan demikian, bagian-bagian yang penting
tidak terlupakan dan pencatatan dapat lebih objektif.
2.
Observer atau
pengamat harus selalu sadar akan adanya bahaya dari misinterprestasi yang
timbul karena kekacauan atau kurang pahamnya membedakan mana yang berupa gejala
dan mana yang berupa sebab-sebab.
3.
Generelasi dari
observasi baru dapat diterima atau dilakukan berdasarkan penelitian yang
sangat berhati-hati, dan didasarkan atas sampel yang luas. Jika tidak demikian,
generalisasi dapat merupakan suatu kesimpulan yang keliru dan tidak benar.
4.
Last but not
least, signifikansi hasil observasi sangat bergantung pada kecakapan,
pemahaman, dan sifat-sifat pengamat itu sendiri.
E. Interprestasi Data Observasi
Pada penilaian yang dilakukan dengan teknik observasi, waktu yang
diperlukan untuk mengumpulkan data dapat lebih singkat dari pada waktu yang
diperlukan untuk menganalisis atau mengolah data. Hal ini bergantung pada
tujuan dan teknik observasi yang dipergunakan.{8}
Menganalisis data observasi dapat memerlukan waktu yang tidak lama jika
observasi yang dilakukan bertujuan untuk membandingkan frekuensi-frekuensi
kegiatan tertentu. Misalnya observasi yang dilakukan oleh guru dalam rangka
evaluasi kegiatan-kegiatan praktek atau keterampilan murid-murid dalam
mengerjakan pelajaran mengelas atau mengesol sepatu. Dalam hal ini guru
menggunakan daftar isian atau rating scale, yang di dalamnya telah tercantum
jenis-jenis aspek kegiatan yang harus dinilai.
Akan tetapi, untuk observasi yang bertujuan untuk mengetahui lebih mendalam
tentang proses tingkah laku murid yang fundamental, seperti yang biasa
dilakukan oleh konselor sekolah dalam rangka bimbingan dan penyuluhan, waktu
yang diperlukan untuk mengolah atau menganalisis data pada umumnya lebih lama.
Dalam hal terakhir ini pengolahan data harus didasarkan atas hasil-hasil
observasi yang cukup banyak dan dilakukan berkali-kali. Mungkin pengamat masih
memerlukan pula data yang diperoleh orang lain, dan di dalam
penginterprestasiannya mungkin diperlukan pula pendapat atau teori-teri lain
yang telah dikembangkan oleh para ahli dalam bidang ini.
F. Kelebihan dan Kelemahan Data Observasi
Beberapa kelebihan dari data observasi dalam bidang evaluasi tertentu
antara lain sebagai berikut:
1.
Data observasi
itu diperoleh langsung dilapangan, yakni dengan jalan melihat dan mengamati
kegiatan atau ekspresi peserta didik di dalam melakukan sesuatu, sehingga
dengan demikian data etrsebut dapat lebih bersifat objektif dalam melukiskan
aspek-aspek kepribadian peserta didik menurut keadaan yang senyatanya.
2.
Data hasil
observasi dapat mencakup berbagai aspek kepribadian masing-masing individu
peserta didik; dengan demikian maka di dalam pengolahannya tidak berat sebelah
atau hanya menekankan pada salah satu segi saja dari kecakapan atau prestasi
belajar mereka.
Adapun kelemahan dari observasi adalah sebagai berikut:
1.
Observasi
sebagai salah satu alat evaluasi hasil belajar tidak selalu dapat dilakukan
dengan baik dan benar oleh para pengajar. Guru yang tidak atau kurang memiliki
kecakapan atau keterampilan dalam melakukan observasi, maka hasil observasinya
menjadi kurang dapat diyakini kebenarannya. Untuk menghasilkan data observasi
yang baik, seorang guru harus mampu membedakan antara; apa yang tersurat,
dengan apa yang tersirat.
2.
Kepribadian
dari observer atau evaluator juga acapkali mewarnai atau menyelinap masuk ke
dalam penilaian yang dilakukan dengan cara observasi. Prasangka-prasangka yang
mungkin melekat pada diri observer dapat mengakibatkan sulit dipisahkannya
secara tegas mengenai tingkah laku peserta didik yang diamatinya.
3.
Data yang
diperoleh dari kegiatan observasi umumnya baru dapat mengungkap “Kulit luar”nya
saja. Adapun apa-apa yang sesungguhnya terjadi di balik hasil pengamatan itu
belum dapat diungkap secara tuntas hanya dengan melakukan observasi saja.
Kerena itu observasi harus didukung dengan cara-cara lainnya, misalnya dengan
melakukan wawancara.
BAB III
PENUTUP
Observasi merupakan salah satu alat atau teknik penilaian di damping alat-alat
atau teknik-teknik yang lain.
Pada umumnya, untuk menilai hasil belajar siswa di sekolah, guru mempergunakan
bermacam-macam bentuk achievement test, seperti oral test, esay test, dan
objektive test atau short-answer test. Namun, untuk menilai proses dan hasil
belajar yang bersifat keterampilan, kita tidak dapat menggunakan tes tertulis
ataupun lisan (tidak sesuai), tetapi harus dengan performance test yang berupa
praktek. Untuk keperluan itu, observasi memegang peranan penting sebagai alat
evaluasinya.
DAFTAR PUSTAKA
Anas Sudjono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta; PT
Rajagrafindo Persada. 2007
M. Ngalim Purwanto, Prinsip-perinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran,
Bandung; Remaja Karya. I998
Suryatna Rafi’i, Teknik Evaluasi, Bandung; Angkasa. 1985